1. Ujian Nasional
Ujian Nasional? Harus disadari Ujian Nasional di sini sebagai apa? Sebagai penentu kelulusankah? Atau sekedar pembuktian bahwa sistem dan standar pendidikan di negeri ini sudah merata atau belum?
Jika Ujian Nasional sebagai penentu kelulusan, sebaiknya dihapuskan saja, mengapa? Banyak sekali siswa yang seharusnya tidak lulus atau seharusnya lulus dengan nilai yang standar, tiba-tiba lulus dengan nilai yang tinggi, mengalahkan siswa dan siswi teladan di sekolah mereka. Lalu kenapa mereka bisa begitu? Kunci jawaban pastinya, sampai saat ini di setiap pelaksanaan Ujian Nasional pasti ada kunci jawaban yang beredar baik itu kunci jawaban yang salah maupun yang benar. Serta hanya pihak sekolahlah yang memahami betul kemampuan murid-murid mereka selama belajar tiga tahun sehingga pihak sekolah dapat menentukan lulus atau tidaknya murid tersebut bukan pemerintah dengan sistem Ujian Nasional milik mereka.
Lalu bagaimana jika Ujian Nasional sebagai uji coba untuk membuktikan bahwa sistem dan standar pendidikan di tanah anarki ini sudah merata atau belum? Masih saja ada masalah yang ditimbulkan, ketidakadilan tepatnya. Jika Ujian Nasional diadakan hanya untuk kelas XII hanya sekedar untuk membuktikan apakah kurikulum pendidikan sudah berjalan dengan baik atau belum maka sebaiknya tidak usah dilaksanakan saja. Begini, Ujian Nasional harus dilakukan untuk kelas X dan XI juga, mengapa? Agar pemerintah memahami secara teliti dimana letak kesalahan sistem dan standar pendidikan yang mereka buat. Mungkin sekolah-sekolah yang ada di kota-kota besar dapat mengikuti sistem pendidikan yang diberlakukan pemerintah, tetapi bagaimana dengan merekan yang berada di pelosok sana, apakah mereka mampu mengikuti? Sedangkan pembangunan hanya terpusat di kota. Apakah pendidikan masih dianggap penting?
2. Guru
Guru? Guru dapat dikatakan sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, mengapa? Walaupun suatau saat nanti telah tiada namun jasanya tetap ada tetap dikenang bahkan ilmu yang diajarkannya berkembang. Guru menjadi sosok yang diiodalakan dan dikagumi oleh murid-muridnya, namun hanya sampai pada taman kanak-kanak saja. Sedangkan saat mulai beranjak menjalani Sekolah Dasar dan menginjak Sekolah Menengah guru berubah menjadi sosok yang ditakuti dan tidak diidolakan.
Permasalahan pertama adalah pungutan liar yang tidak jarang membertakan para siswa dan orang tua mereka. Sedangkan pemerintah sudah mengeluarkan banyak anggaran untu meng-cover biaya pendidikan. Jika ditanya untuk apa, pihak sekolah mengeluarkan berbagai macam-macam alasan, untuk keperluan ini dan itu, jika tidak mau membayar? Kami para siswa diancam oleh nilai-nilai. Kami sadar bahwa penghasilan guru jauh dari kata layak dengan apa yang mereka kerjakan setiap harinya. Namun ketika seseorang telah memilih untuk menjadi guru, janganlah disesali, ikhlaslah dalam menjalani karna itu merupakan tanggung jawab. Terdapat faktor lain yang mempengaruhi yaitu mental. Mental yang belum kuat, belum siap untuk menjalani diri sebagai seorang guru untuk menghadapi masa depan.
Masalah selanjutnya, kurangnya guru yang mau mengajar di pelosok sana. Guru hanya terpusat di kota-kota saja. Selain itu selain itu guru-guru di kota juga masih kurang berkompeten dan masih kurang menguasai materi bahkan guru-guru tersebut mengajar bukan dibidang mereka. Hingga akhirnya murid dituntut untuk mrngikuti keinginan guru. Setiap harinya banyak mata pelajaran yang harus dipelajari dengan baik dan benar, namun anehnya setiap hari pula mata pelajaran pun berganti, bagaimana murid-murid dapat fokus dan bagaimana guru dapat menemukan bakat seorang siswa jika yang diajarakan oleh para guru hanya ilmu eksak. Saya berpesan kepada seluruh guru nusantara, “guru bukan dewa yang selalu benar dan murid bukan kerbau yang selalu dicolok hidungnya lalu jalan”. Apakah pendidikan masih dianggap penting?
3. Sistem yang Salah
Sistem pendidikan Indonesia jauh dari keadilan, mengapa? Karna pendidikan masih terpusat belum merata, bahkan bukan hanya pendidikan saja yang terpusat dalam pembangunan segala aspek pun terpusat di kota besar. Pemerintah mengingikan rakyatnya maju, namun pemerintah sendiri tidak mau memajukan rakyatnya. Indonesia bagian pelosok sana bangunan yang mereka tempati untuk kelangsungan belajar mengajar hanya semi permanen dan itu tidak layak untuk tempat belajar, media dan fasilitas yang kurang mendukung, serta tenaga kerja yang masih kurang secara mental. Jadi, wajar jika di sana masih terdapat konflik antar suku dan daerah, wajar jika kebutuhan pokok disana mahal, dan wajar pula jika mereka mengingikan merdeka, karna mereka tidak mendapatkan perhatian dari negaranya sendiri. Kalau sudah seperti ini apakah pendidikan masih dianggap penting?
Bagaimana apakah pendidikan masih dianggap penting? Penting! Sangat penting, tapi mengapa pendidikan di tanah anarki ini yang katanya sudah merdeka selama 69 tahun merdeka malah tertinggal jauh oleh negara tetangganya? “Kita tidak bodoh, tapi dibodohkan. Kita tidak miskin, tapi dimikiskan. Oleh sebuah sistem” itulah pernyataan Bung Karno yang selalu membuat saya berfikir sistem seperti apa yang mampu membodohkan satu negara berserta isinya. Sistem inilah yang salah, sistem tersebut membodohi rakyat sehingga rakyat itu sendiri mulai bosan. Bagaimana penyelesaiannya? Mari kita ganti sistem tersebut dengan yang lebih baik, mari kita satukan visi dan misi, memang disadari itu pasti akan sulit tetapi itu bukan berarti tidak mungkin. Memang menjadi sangat tidak mungkin jika tiba-tiba sistemnya dirubah secara keseluruhan tetapi, jika dirubah secara bertahap itu sangat mungkin. Kita sebagai penerus merupakan tantangan, kewajiban, bahkan pr untuk kita tuntaskan untuk meuju ke depan pintu gerbang kemerdekaan yang sesungguhnya, terutama kemerdekaan dalam dunia pendidikan. Kita kawal segala bentuk perubahan kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Inilah pandangan saya mengenai permasalahan pendidikan dan cara penyelesaiannya. Saya akhiri dengan kutipan dari Soe Hok Gie “Lebih baik diasingkan daripada menyerah terhadap kemunafikan”.
Terimakasih telah membaca...